Puluhan hektar sawah
tanaman padi di kecamatan Ambarawa terancam kekeringan menyusul
kebijakan pengendalian kuota Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi oleh
Pertamina. Para petani di tempat itu menggunakan bahan bakar untuk
menjalankan mesin pompa air untuk mengairi sawah.
Para
petani selama ini mengandalkan air sungai untuk mengairi sawah mereka.
Sedangkan saat musim kemarau seperti sekarang ini, permukaan air sungai
surut, sehingga harus disedot menggunakan pompa air.
“Sawah-sawah
kami sudah tidak bisa diairi, karena pompa tidak bias jalan. Kita
kesulitan mendapatkan premium, apalagi harus pakai surat dari dinas
pertanian untuk membelinya. Bahkan sudah bawa surat saja terkadang tidak
boleh atau hanya dibatasi sehari beli cuma 5 liter,” tutur Parianto
(54), warga Desa Bejalen, Ambarawa, melalui sambungan telepon, Jumat
(29/8/2014) siang.
Menurut Parianto, jika kondisi tersebut terus
dibiarkan maka petani akan merugi hingga jutaan rupiah. Sebab padi yang
sudah terlanjut ditanam akan mengalami kekurangan air sehingga
pertumbuhannya tidak normal.
“Idealnya sehari mendapatkan 10
liter premium untuk dapat mengairi sawah sekitar 2 hektar. Semestinya
jangan sampai seperti ini kita kesulitan dapat BBM,” ungkap Parianto
Tidak ada komentar:
Posting Komentar